Saat ini di pasaran banyak dijual jenis zat-zat pemanis
makanan dan minuman pengganti gula. Nah, salah satu pemanis yang beberapa waktu
sempat membuat heboh adalah aspartam. Pemanis buatan ini dituduh sebagai pemicu
kanker serta beberapa penyakit seram lain. Benarkah aspartam sangat berbahaya
bagi tubuh? Jika berbahaya mengapa masih banyak dijumpai pada produk makanan
yang sehari-hari kita konsumsi?
Aspartam adalah
Dibanding sakarin (saccharin), aspartam adalah pemanis
buatan yang paling laris digunakan saat ini. Aspartam adalah senyawa yang
dibuat dengan menggabungkan 2 buah asam amino, yaitu fenilalanin dan asam
aspartat dengan derajat kemanisan sekitar 160 sampai 200 kali gula pasir dan
hampir tidak mengandung kalori.
Saat ini aspartam dijual dalam berbagai bentuk, seperti
cair, butiran, enkapsulasi dan juga tepung. Aspartam dalam enkapsulasi bersifat
tahan panas sehingga dapat digunakan untuk produk-produk yang memerlukan suhu
tinggi dalam pembuatannya.
Amankah?
Tahun 1981, aspartam mendapat persetujuan dari FDA untuk
digunakan pada beberapa jenis makanan. Untuk mendapat persetujuan ini, tentu
banyak penelitian ilmiah yang harus ditinjau terlebih dahulu. Setelah
dinyatakan aman untuk dikonsumsi, barulah FDA mau menyetujuinya. FDA telah
melakukan evaluasi terhadap pemakaian aspartam dalam makanan dan minuman
sebanyak 26 kali sejak pertama kali menyetujui penggunaannya. Dengan
bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1996, FDA menyetujui penggunaan
aspartam sebagai pemanis yang dapat digunakan dalam semua makanan dan minuman.
Sampai saat ini lebih dari 100 penelitian telah dilakukan
sejak tahun 1981 silam. Hasilnya, FDA tetap tidak merubah pendapatnya. Aspartam
kini telah disetujui penggunaannya di lebih dari 100 negara termasuk Indonesia.
Itu sebabnya, Aspartam telah dinyatakan aman digunakan baik untuk penderita
kencing manis, ibu hamil, ibu menyusui bahkan anak-anak. Aspartam juga tidak
terbukti sebagai penyebab sakit kepala, gangguan penglihatan, meningkatkan
berat badan, kejang, alzheimer, gangguan janin, lupus, sklerosis multipel
maupun kanker otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar